Solo Bikepacking JLS Jawa : Jelajah Bukit Hingga Laut Modal Lima Puluh Ribu
Meski biaya hidup di Pacitan tergolong mahal (setidaknya buat saya), tarif wisata di Pacitan masuk kategori murah meriah. Syukurlah, karena kalau mahal juga mungkin setengah bulan saya sudah angkat kaki. Di sini, dengan modal lima puluh ribu rupiah saya bisa menjelajah mulai bukit hingga ke pantai, dari kali sampai ke laut.
Di perjalanan kali ini dari
pusat kota motor saya pacu ke arah Punung. Rencana awalnya saya akan
mengunjungi salah satu ikon Pacitan yaitu Goa Gong. Saat hampir sampai, dari
plang arah saya melihat bahwa Pantai Klayar hanya berjarak beberapa belas
kilometer ke depan. Saya memutuskan mendatangi Klayar dulu baru pulangnya nanti
mampir di Goa Gong dan Goa Tabuhan.
Membayar
retribusi tiket masuk sembilan ribu rupiah (sudah termasuk retribusi kendaraan)
saya masuk ke pantai yang sempat di kunjungi SBY ketika masih menjabat. Ada
area parkir di bagian depan, tapi saran saya jangan parkir di situ. Bawalah
motormu terus ke dalam. Karena atraksi populer dari Klayar adalah seruling laut dan Sphynx Van Java, keduanya berada di ujung.
![]() |
Sphynx Van Java |
Ada dua cara menikmati seruling laut (yang sebenarnya adalah suara semburan air laut saat melewati celah karang): dari dekat atau dari atas. Yang dimaksud dari atas adalah dari Bukit Indah Lestari. Untuk sampai ke sini kamu tinggal menyusuri pantai sampai ke ujung, lalu belok kiri dan mengikuti jalan setapak yang mengarah ke bukit. Kalau kamu terlanjur parkir di depan, ketika menyusuri pantai biasanya kamu akan ditawari ojek Atv. Kecuali kamu memang malas atau pengen narsis pake Atv, jalan saja.
Soalnya meski si tukang ojek bakal bilang ‘bisa naik sampai ke atas’ atau ‘diantar ke seruling laut’, kenyataannya pake Atv pun kamu tetap harus jalan kaki naik bukitnya. Plus pada musim tertentu (seperti sekarang ini) ga bisa liat seruling laut dari dekat karena terlalu berbahaya. Baru-baru ini satu keluarga dari Solo nyaris hanyut karena nekad. Lagian jarak bukitnya ga jauh kok, jadi simpan aja uang dua puluh ribunya buat beli es degan. Retribusi Bukit Indah Lestari cuma dua ribu per-orang. Kalau kamu sedikit kelelahan setelah nanjak, di sini ada gazebo buat istirahat atau nyemilin bekal.
![]() |
Foto Bukit Indah Lestari lainnya KLIK DI SINI
Keluar dari Klayar saya memilih melupakan Goa Gong dan ‘menyapu bersih’ pantai yang berada di sekitar Klayar. Menuju ke pantainya para peselancar: Pantai Watu Karung. Pilihan yang salah sebenarnya. Karena atraksi wisata yang paling dekat dengan Klayar adalah Pantai Karang Bolong, Pantai Buyutan dan Pantai Banyu Tibo. Melewati jalan yang merupakan kombinasi jalan rusak, jalan aspal dengan tikungan U, dan jalan kampung yang tak habis-habis saya sampai di surga tersembunyi Pacitan ini.
Awalnya saya agak bingung setelah membayar tiket masuk pantai yang hanya bertarif tiga ribu ini. Pasalnya lurus dari loket masuk yang ada adalah pantai nelayan. Di pikiran saya tak mungkin ini yang namanya Watu Karung, saya mencoba belok kanan dari loket. Masuk ke sebuah perkampungan. Ada banyak homestay, penyewaan papan surfing dan gang-gang kecil di sebelah kiri yang bertuliskan pantai. Ternyata untuk masuk ke Watu Karung ya lewat gang itu, terserah lewat yang mana, semuanya menuju Watu Karung. Pesisir pantai ini memang panjang.
|
![]() |
Foto Pantai Watu Karung lainnya KLIK DI SINI |
Watu Karung kurang terkenal di kalangan wisatawan lokal, tapi kondang di telinga bule. Jadi jangan heran kalau di sini banyak mbak bule berbikini yang tengah berjemur atau mas bule lagi surfing. Puas ngeliatin bule, eh maksud saya ngeliatin pantai berombak besar ini, saya lanjut lagi ke Pantai Kasap.
Jaraknya tak seberapa jauh dari Pantai Watu Karung. Di pertengahan jalan, saya melewati dermaga Kali Cokel. Tapi sebagaimana saya mengabaikan jalan menuju Pantai Ngiroboyo dan dermaga Sungai Maron, dermaga Kali Cokel juga bernasib sama. Tidak ada retribusi masuk di Pantai Kasap. Cuma perlu bayar parkir dua ribu rupiah. Pantai ini juga bisa digunakan untuk camping, tapi harus daftar dulu.
Trekking beberapa menit dari parkiran, saya sampai di Pantai Kasap. Begitu sampai di pantai, kamu bisa memilih mau langsung main air atau naik ke bukit yang berada di sebelah kanan. Dari puncak bukit ini kita bisa ngeliat replikanya Raja Ampat. Berhubung kurang tertarik dengan versi KW, saya hanya sampai di pertengahan bukit. Mendatangi Pantai Kasap sesungguhnya adalah pilihan cerdas bagi pecinta pantai. Hanya bermodal uang parkir kamu bisa mendatangi empat pantai sekaligus.
![]() |
Pantai Kasap |
![]() |
Bukit Kasap dilihat dari tebing |
![]() |
Bukit Kasap
Pantai yang berada di area ini hanya dipisahkan oleh bukit. Dari Kasap, kamu bisa terus berjalan sampai ke Pantai Banteng Mati yang memiliki banyak karang, Pantai Den Ombo yang luas seperti namanya, hingga Pantai Seruni yang berada di ujung. Saya sendiri hanya sampai di Den Ombo, karena langit kelihatan mulai gelap. Sementara saya masih harus melewati jalan rusak tadi untuk pulang.
|
![]() |
Pantai Banteng Mati |
![]() |
Pantai Den Ombo
Di parkiran, sepasang anak muda yang juga hendak pulang ditawari ojek perahu susur Kali Cokel. Mereka ga mau dengan alasan kalau cuma naik berdua bakal kayak anak hilang. Saya yang sendirian dan ga ditawari malah mau. Sambil mbatin, ‘Mbak, kalau situ yang jalan berdua itu anak hilang, trus saya yang sendiri ini apa coba? Apa? Emak hilang?!’
Tarif perahu untuk susur Kali Cokel ini tujuh belas ribu per-orang, minimal dua orang satu perahu. Saya sendirian, jadi saya membayar tiga puluh empat ribu. Masih lebih murah dibanding tarif perahu Sungai Maron yang seratus ribu per-perahunya. Kalau kamu naik perahu Kali Cokel, mintalah bapak ojeknya untuk ke laut lepas dulu baru kemudian ke sumber. Supaya kamu bisa membilas bagian badan yang terkena air asin atau sekalian mandi-mandi di sumber air tawar yang dangkal.
Ga pakai acara mandi, saya melanjutkan perjalanan pulang melewati jalan yang sama ketika datang tadi. Di kemudian hari saya baru tau kalau sebenarnya juga ada jalan pulang ke Pacitan dari arah Pantai Srau. Saya sudah tak lagi tertarik dengan Sungai Maron, tapi masih penasaran dengan Pantai Ngiroboyo.
|
Masuk ke jalan pantai padahal bensin sudah di garis merah, bikin deg-degan. Jalannya jauh. Sempat beberapa kali terpikir untuk putar balik karena khawatir kehabisan bensin di antah berantah. Tapi dengan sedikit nekad dan kerja sama si motor butut, nyampe juga di Pantai Ngiroboyo yang berpasir gelap. Pantainya sepi, cuma ada beberapa pemancing. Pantai yang bebas tiket masuk ini menjadi penutup perjalanan saya kali ini.
![]() |
Foto Pantai Ngiroboyo lainnya KLIK DI SINI
Sebenarnya
kalau kamu mau jadi flash packer dan bisa mengatur rute dan waktu dengan benar,
ga kayak saya yang asal, kamu bakal bisa mengunjungi lebih banyak tempat. Urutannya dimulai dari Goa Gong, Goa Tabuhan, Goa Song Terus, Pantai
Buyutan, Pantai Banyu Tibo, Karang Bolong, Pantai Klayar, Bukit Indah Lestari,
Sungai Maron (kalau naik perahu dari sini ntar juga sampai ke Pantai Ngiroboyo),
Pantai Watu Karung, Pantai Kasap, Pantai Banteng Mati, Pantai Den Ombo, Pantai
Seruni, Kali Cokel, lalu pulang lewat Pantai Srau. Cuma masalahnya kira-kira
sempat nikmatin atau malah cuma dapat capeknya doang?
|