Solo Bikepacking JLS Jawa : Menuju Surga di Tanah Jawa


Paradise of Java alias surganya Jawa, begitu tempat kelahiran SBY ini dijuluki. Sayangnya perjalanan dari Tulungagung ke kota ini sama sekali ga ada bau-bau surganya. Tadinya saya ingin mengambil jalur lintas selatan sesuai tema besar dari perjalanan kali ini. Tapi seorang teman kekeh ingin mengiringi perjalanan saya sampai ke batas Kota Trenggalek, lewat jalan kota tentunya. 

Setelah sampai batas antara Tulungagung dan Trenggalek perjalanan saya lanjutkan sendiri. Awalnya saya memacu kecepatan mengingat aplikasi cuaca yang saya lihat sebelum berangkat meramalkan akan hujan. Sementara jalur yang saya lewati ini berpotensi jadi jalur neraka jika hujan turun. Tapi melihat pembatas jalan yang penyok di sana-sini (pertanda ada banyak pengendara yang telah jadi korban kelokan-kelokan tajam ini), saya mengurungkan niat jadi Valentino Rossi kelas abal-abal.

Saya serius waktu bilang jalur ini bakal jadi neraka kalau dilewati pas lagi hujan. Bukan cuma karena jalanan licin dan kelokannya yang tak habis-habis tapi terutama karena ada banyak titik longsor. Setiap beberapa puluh kilometer saya bakal menemukan tanda "memasuki daerah rawan longsor" dan tak jarang pula harus melewati jalan yang sebagian telah amblas. 

Sisi jalan Ponorogo-Pacitan ini memang diapit dengan material longsor. Mulai dari longsoran tanah, batang pohon, sampai bebatuan. Dan agaknya bukan cuma di jalan ini yang berpotensi terjadi bencana, bukit-bukit hijau di kejauhan pun telah terlihat pitak karena tangan manusia. Mau tak mau saya harus mengimani apa yang pernah dikatakan seorang teman: manusia memang perusak. Tuhan menciptakan surga di bumi, tapi manusia mencipta neraka. 

Kost di Tulungagung

Bukit yang luka
Material longsor

Perbaikan jalan amblas

Batang pohon yang tinggal menunggu jatuh



Jalan amblas



Penambangan

Kata teman saya tulisan ini norak, kata saya juga

Jembatan yang lalu lintasnya diatur lampu merah






Aktifitas penambangan, yang kerja mayoritas ibu-ibu