Solo Bikepacking JLS Jawa : Jejak Bulan Pertama

Banyak yang mengernyitkan dahi waktu saya memilih Tulungagung sebagai persinggahan pertama. Mereka bilang, "ngapain ke sana? orang ga ada apa-apanya". Sekarang, setelah menghabiskan tiga puluh hari di Kota Marmer, saya berkesimpulan entah mereka berpengalaman jalan ke tempat yang lebih cetar atau justru mereka yang tidak tau apa-apa tentang kota ini. Karena Tulungagung jelas 'ada apa-apanya'.

Buat saya Tulungagung itu menyenangkan. Maklum, di Kalimantan saya mesti menempuh perjalanan pulang pergi tiga ratusan kilometer dalam sehari hanya demi mendatangi sebuah pantai. Sementara di Tulungagung, cuma perlu berkendara kurang dari sejam untuk sampai ke tempat seindah Ranu Gumbolo. Harga tiket tempat wisatanya pun murah meriah, malah seringkali cuma perlu merogoh kocek untuk bayar parkir saja. Soal makan jangan ditanya, di mana lagi bisa nemu ayam goreng tepung (yang banyakan ayamnya daripada tepungnya) seharga dua ribu rupiah sepotong. Nongkrong di cafenya juga ga bikin bangkrut. Lima puluh tujuh ribu, buat pesan tiga gelas minuman dan satu makanan berat. Padahal katanya itu cafe kelas atas. 

Sebulan di Tulungagung saya mendatangi puluhan destinasi mencakup wisata alam, sejarah budaya, kuliner, dan landmark kota. Namun tak semuanya saya masukan dalam list postingan ini, karena ada beberapa tempat yang fotonya tidak dapat saya recovery. Di kota ini pula saya melahirkan dua puluh tujuh postingan blog. Senengnya lagi, di sela-sela itu masih sempat ikut enam kali kelas yoga. 

Saya juga dapat bonus di kota ini. Yang pertama, tiga teman baik saya -dari Malang, Surabaya dan satunya lagi asli Tulungagung- melengkapi cerita perjalanan saya. Kedua, saya akhirnya menemukan tone warna khas foto-foto saya dan mulai mengerucutkan genre photography yang akan diseriusi nantinya. Tentu sebulan tak diisi cerita bahagia melulu, saya sempat down ketika kehilangan seribuan foto. Tapi berkat kehilangan itu saya akhirnya memutuskan membeli netbook untuk membackup data, sesuatu yang saya pending terus selama ini. Saya bisa melanjutkan perjalanan dengan semangat baru, sekaligus mencoret satu dari lima target 2017. Istimewa!

Wisata Alam
Pantai Gemah (Foto-foto lain klik DI SINI)

Pantai Klatak

Ranu Gumbolo  (Foto-foto lain klik DI SINI)

Waduk Wonorejo (Foto-foto lain klik DI SINI)

Air Terjun Selomangleng  (Foto-foto lain klik DI SINI)

Pantai Coro (Foto-foto lain klik DI SINI)

Tebing Banyu Mulok

Pantai Popoh (Foto-foto lain klik DI SINI)

Pantai Sidem

Pantai Prigi (Foto-foto lain klik DI SINI)

Goa Lowo (Foto-foto lain klik DI SINI)

Pantai Sine (Foto-foto lain klik DI SINI)

Cemoro Sewu

Danau Cinta

Air Terjun Alam Kandung (Foto-foto lain klik DI SINI)

Bukit Cemenung (Foto-foto lain klik DI SINI)

Air Terjun Kaliso

Kedung Luweng (Foto-foto lain klik DI SINI)
Derita orang ga bisa berenang
Pantai Sanggar (Foto-foto lain klik DI SINI)

Landmark
Stasiun Tulungagung (Foto-foto lain klik DI SINI)

Taman Aloon-aloon Tulungagung

Masjid Agung Al-Munawwar

Pasar Ngemplak (Foto-foto lain klik DI SINI)

Pasar Wage (Foto-foto lain klik DI SINI)

Golden Teater
Mirisnya baru kali ini saya lihat ada pengemis masuk ke ruang tunggu bioskop
Sejarah Budaya
Goa Pasir (Foto-foto lain klik DI SINI)

Goa Selomangleng (Foto-foto lain klik DI SINI)

Candi Meja

Padepokan Retjo Sewu (Foto-foto lain klik DI SINI)

Museum Wajakenesis (Foto-foto lain klik DI SINI)
Staf museumnya ternyata pembimbing meditasi di kelas yoga

Kuliner 
Sego Gegok 

Cafe House of Loodst

Sego Bantingan

Cafe Justomie (Klik DI SINI)

Cafe Xpresso (Klik DI SINI)

Lontong Sompil
Nasi Lodho Bu Kalim 
Bakso Balung

Sop Ayam Tulungagung
Ayamnya manaaa
Yoga di Sanggar Yoga Pamungkas