Solo Bikepacking JLS Jawa : Menjelajah Tanpa Drama

Sobat, kamu harus nyoba solo traveling minimal sekali seumur hidup. Solo traveling bakal ngasi kamu kesempatan menikmati hal yang benar-benar kamu suka dengan lebih bebas. Bener, berpergian dengan kelompok memang menyenangkan. Bisa have fun rame-rame, resiko dan biaya perjalanan ditanggung bareng, plus seperti kata Rulli: ada yang motoin. Tapi semua itu ga gratis, harus kamu bayar dengan toleransi. 

Kamu mesti siap berkompromi supaya semua orang bisa menikmati perjalanan. Dan itu bukan perkara mudah. Dalam perjalanan jauh, menenangkan ego orang lain, membaca emosi mereka, dan menetralkan suasana saat timbul konflik amat sangat melelahkan. Sementara saat solo traveling kamu hanya perlu fokus ke dirimu sendiri. Kalau capek berhenti, lapar makan dulu, pengen singgah ya singgah. Tanpa perlu debat apalagi drama.

Berpergian dengan cara solo traveling lebih cocok lagi jika apa yang kamu suka bukanlah sesuatu yang populer. Dalam komunitas backpacker, alam adalah destinasi favorit. Saya jarang menemui backpacker yang fokusnya ke jelajah kota, apalagi yang hobi wisata sejarah budaya. Kalau kamu termasuk yang seneng main ke tempat jadul, kamu bakal lebih sering mengalah ketika pergi berkelompok. Tentunya terkecuali teman mainmu juga berselera sama.  

Saya sendiri adalah penggemar goa dan wisata sejarah budaya, makanya waktu tau Tulungagung punya Goa Pasir, goa pertapaan yang merupakan peninggalan zaman Majapahit lengkap dengan arca dan relief, saya ga ragu untuk kesana. Sampe di tkp saya langsung mikir: kalau saya datang bareng teman, saya pasti udah digeret pulang. Tempatnya suram, sepi, ada kuburan kunonya pula. Arca dan batu ber-reliefnya terbengkalai, sudah tak utuh dan ditumbuhi lumut. Ga instagramable bangetlah. Aksesnya pun sulit, harus melewati jalan setapak yang dipenuhi batu-batu besar, dilanjutkan dengan merayap menaiki bukit kapur. 

Meski penasaran dengan relief adegan erotis 'Arjuna dan bidadari' yang terpahat di dinding Goa Pasir, saya berhenti sekitar beberapa meter sebelum sampai ke goa yang berada di tebing bukit itu. Bukan apa-apa, saya yakin bisa naik tapi ragu bisa turun apa nggaknya mengingat saya termasuk orang yang parno ketika melihat ke bawah dari ketinggian. Lagipula pesan pelatih yoga saya: kesehatan nomer satu, dan saya yakin gulung-gulung dari atas bukit ga termasuk aktifitas sehat. Berpergian sendirian memang tak mudah, ada banyak keterbatasan yang akan kamu hadapi. Tapi percaya deh, ini bakal ngajarin kamu untuk lebih bijak mengambil keputusan, karena jika perjalanan jadi kacau tak ada orang lain yang bisa kamu salahkan selain dirimu sendiri. Kamu bertanggungjawab penuh atas dirimu sendiri. Sampai pada akhirnya kamu akan terlatih bersenang-senang tanpa kebablasan. Jadi, kapan kamu kemana?