30 Hari 30 Cafe : Latte House Coffee and Pasta
Ternyata ikut kelas yoga pas badan ga fit itu ide buruk. Saya kira yoga itu isinya cuma 'pejamkan mata, tarik nafas, buang nafas...' sama gerakan yang kalem-kalem ala meditasi gitulah. Mana tau ternyata bikin keringetan. Naik gunung aja keringat saya ga selebai itu. Ketambahan siangnya saya habis pijet, malamnya badan njarem semua.
Gitu besoknya masih ga tau diri, pake acara nyobain zumba dari youtube. Ga ingat umur. Pas mau berangkat ke Malkot buat nyari bahan '30 Hari 30 Cafe', baru kerasa olengnya. Ditekad-tekadin berangkat, eh motor ternyata habis bensinnya. Mesti didorong dari rumah. Ya Allah, ampuni Baim Ya Allah.
Kalau nggak karena sudah kehabisan energi, saya rasa saya ga milih cafe ini. Dari luar sudah keliatan, nothing special dari interiornya. Rasa Hot Rum Flavoured Choco Latte yang kata waitressnya paling sering diorder pun ternyata biasa saja. Meski tidak istimewa, saya sebenarnya ga masalah dengan interior atau menunya. Yang bikin rate cafe ini jatuh di penilaian saya yaitu dari beberapa kali saya duduk di dekat slow bar, baru di sini saya nemu barista yang gerakannya kasar dan berisik. Mungkin lebih cocok kalau dibilang banting-banting barang. Pengen rasanya saya deketin, lalu berbisik ke telinganya, "situ lagi PMS?"