30 Hari 30 Cafe : Godzilla Express

Saya pernah ngomongin tantangan terbesar dari project '30 Hari 30 Cafe' kali ini saya pengen bahas manfaat terbesarnya. Banyak manfaat yang saya dapat dari project ini. Jika sebelumnya saya seperti bunglon yang hari ini motret di pasar, besok ke air terjun, dan lusanya bisa ditemukan lagi macroan di semak-semak, lewat project ini saya dipaksa belajar konsisten memotret dan menulis tentang objek yang sama yaitu sebuah cafe. Mungkin berkat konten yang terarah ini pula, traffic blog saya meningkat lebih dari lima puluh persen. Saya juga senang ketika hasil foto saya di repost oleh akun resmi dari beberapa cafe. Tapi itu semua cuma bonus, bukan itu manfaat yang utama. Manfaat terbesar dari project 30 hari 30 cafe ini buat saya adalah kesempatan mengenal lebih dekat teman-teman saya.

Dari dua puluh tujuh cafe hingga hari ini, saya cuma datang sendiri ke delapan cafe. Sisanya saya ditemenin teman-teman saya bergantian. Hari pertama mereview Komika, saya ngajak geng wa Arek Mboiz ngopi bareng, mereka datang padahal saya tau mereka sebenarnya bukan tipe yang suka ngafe. Besoknya lanjut ke Gubug Teduh, nyusul Ryan yang udah lebih dulu nungguin di sana. Mba Edwi yang normalnya agak susah diajak ngafe, nunjukin dukungannya ke project ini dengan barengin saya ke The Rotbucks dan Madam Wang. Saya ketemuan di Coffee and Chef sama Geng Koplak yang isinya manusia-manusia ga jelas yang selalu sukses membantu saya menertawakan ironi hidup. Nyantai di Toko Oen diajakin Rulli, padahal biasanya kita susah banget buat ketemuan. Mas Hafi malah jauh-jauh 'turun gunung' buat ngantar saya menikmati Malang dari ketinggian di Skyroom. My patner in crime, Duackers juga pastinya tidak ketinggalan, menemani saya di enam cafe. Last but not least, Ria As, yang tak tanggung-tanggung berkontribusi dalam dua belas cafe yang saya review termasuk juga cafe ini.

Lewat project ini saya sadar ternyata saya punya banyak teman yang mendukung saya meski dalam project gaje sekalipun. Dan jika biasanya kami bertemu dalam suatu acara yang ramai, berlatar cafe saya berkesempatan berbincang secara lebih personal dengan teman-teman saya satu persatu. Diantara sesapan teh, saya bisa sharing masalah pribadi dengan mbak Edwi. Ngalur-ngidul ngobrol dua jam lebih sama Rulli, dari masalah photography, videography, traveling sampai masalah pertemanan. Diskusi ringan soal rencana perjalanan saya dengan Mas Hafi. Serta bertanya banyak tentang hidup ini pada Ria As. Kadang saya menyesal kenapa ga dari dulu saya meluangkan waktu untuk ngobrol akrab dengan teman-teman, bukan sekedar say hi pas ketemu dalam sebuah acara. Mungkin -jika itu saya lakukan sejak dulu- hidup saya akan lebih berwarna. Bahkan mungkin... saya tak lagi menyebut mereka sebagai teman, tapi sahabat.

Terpopuler Minggu Ini